Santri At-Tawazun Ikuti Bahtsul Masail Santri Se-Kabupaten Subang 2025

Santri Pondok Pesantren At-Tawazun turut serta dalam kegiatan Bahtsul Masail Santri Se-Kabupaten Subang yang diselenggarakan pada Ahad, 24 Agustus 2025 di Pondok Pesantren Nurul Anwar Mubtadi’ien, Blok Bundeur, Desa Dangdeur, Kecamatan Subang. Pondok pesantren ini diasuh oleh KH. Zaenal Mufid, S.Sos.I., yang juga menjabat sebagai Ketua LBM PWNU Jawa Barat.

Kegiatan yang dimulai pukul 07.30 WIB hingga selesai ini mengangkat berbagai persoalan fikih aktual yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari santri maupun masyarakat. Santri At-Tawazun hadir dengan bimbingan Ust. Hisyam Subekti, S.Pd., selaku Wakil Kepala Salafiyah, beserta jajaran pendamping.

Asilah Bahtsul Masail
Dalam forum tersebut, para santri mendiskusikan beberapa permasalahan hukum fikih, di antaranya:

1. Gerakan Imam dalam Shalat
Seorang makmum bernama Qomar terpesona dengan suara indah imam hingga lupa membaca surat Al-Fatihah. Ia baru membacanya saat imam sudah rukuk, bahkan ketika selesai membaca, imam sudah berdiri di rakaat berikutnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan:
• Bagaimana hukum shalat imam dalam kasus tersebut?
• Bagaimana hukum shalat Qomar yang terlambat membaca Al-Fatihah?

2. Mencuci Pakaian dengan Sabun Beraroma
Fenomena pakaian yang dicuci dengan sabun wangi menimbulkan perdebatan terkait kesucian. Misalnya, pakaian yang terkena najis lalu dicuci dalam air kurang dari dua qullah, tetapi aroma sabun masih melekat kuat. Pertanyaan yang muncul:
•Apakah bau najis sudah hilang atau hanya tertutup bau sabun?
•Apakah pakaian tersebut sudah dihukumi suci?

Kehadiran santri At-Tawazun dalam forum ini menjadi bukti komitmen pondok dalam mengembangkan tradisi intelektual pesantren, khususnya dalam menjawab problematika hukum Islam kontemporer. Melalui bimbingan Ust. Hisyam Subekti, para santri diajak aktif menyampaikan pandangan dan melatih keberanian berdiskusi secara ilmiah.

Salah satu peserta, Dafi Ahmad Ghifari (Kelas XII MA At-Tawazun), menyampaikan kesannya bahwa forum ini memberikan banyak manfaat.

“Ikut bahtsul masail menambah wawasan bagaimana kita mengeluarkan dalil dan memahami masalah yang ada di deskripsi bahtsul masail. Saya juga belajar untuk lebih aktif dan berani dalam menyampaikan pendapat,” ungkapnya.

Sementara itu, Ust. Hisyam Subekti, S.Pd., menilai kegiatan ini sangat positif bagi pengembangan kapasitas intelektual santri. Bahtsul masail adalah tradisi ilmiah pesantren yang harus terus kita jaga. Dengan forum ini, santri dilatih berpikir kritis, terbiasa menyampaikan pendapat dengan dasar dalil, serta belajar menghadapi persoalan keagamaan yang muncul di masyarakat.

“Harapan kami, santri At-Tawazun dapat membawa semangat ini ketika kembali ke lingkungan masing-masing,” tuturnya.

Bahtsul Masail ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran, tetapi juga ruang silaturahmi antar-santri se-Kabupaten Subang, memperkuat ukhuwah pesantren, serta menjaga tradisi keilmuan khas Nahdlatul Ulama.


Baca Juga :   FORMADA Satukan Langkah, Pimpinan Pesantren Alumni Daarul Rahman Mantapkan Persiapan Harlah Emas