Kalijati– Empat pasangan calon ketua ISTAWA periode 2021/2022 mengikut debat kandidat yang digelar Panitia Pemilu ISTAWA di Auditorium Pondok Pesantren At-Tawazun, Selasa (19/01/2021).
Pada tahapan debat tersebut keempat pasangan calon menyampaikan visi misinya. Mereka juga terlibat adu argumen dan gagasan seputar tema yang diperdebatkan.
“Tema debat kandidat terkait dengan program kerja, peningkatan komukasi berbahasa Arab Inggris, kedisiplinan santri, kebersihan lingkungan pondok dan penanganan Covid-19,” kata Direktur Kesantrian Ust. H. Jainul Arifin, Lc, MA.
Dari penyampaian visi misi keempat pasangan calon, ada benang kusut yang menjadi persamaan konsep keempat pasangan yakni visi menjadikan At-Tawazun sebagai Pesantren Berbahasa Arab Inggris. “Karena terdapat kesamaan visi yakni menjadikan At-Tawazun sebagai Pesantren Berbahasa Arab Inggris, maka upaya mewujudkan Pesantren Berbahasa Arab Inggris menjadi materi debat,” kata Jainul.
Dari sekian banyak materi debat, keempat pasangan calon sempat terlibat perdebatan saat membahas mengenai program bahasa Arab dan Inggris. Keempat pasangan calon selama ini berkampanye dengan menawarkan program bahasa yang dapat diaplikasikan oleh seluruh santri dalam kesehariannya.
Saat sesi tanya jawab, keempat pasangan calon saling ‘menguliti’ program bahasa tersebut. masing-masing calon mempertanyakan bagaimana cara meningkatkan kedisiplinan dalam berbahasa Arab dan Inggirs kepada seluruh santri.
Sementara para panelis mempertanyakan strategi agar seluruh santri berbahasa Arab dan Inggris dengan baik dan benar, mengingat kondisi bahasa Arab dan Inggris di Pondok Pesantren At-Tawazun mengalami penurunan.
Saat sesi jumpa pers, Hikam (salah satu calon) mengatakan pihaknya optimistis kemampuan santri At-Tawazun mampu untuk berdisiplin berbahasa Arab dan Inggris.
“Itulah pentingnya bahasa. Karena dengan pentingnya bahasa Arab dan Inggris santri Pondok Pesantren At-Tawazun bisa menguasai dunia,” kata Hikam.
Menurut dia ketika program sudah disusun maka bahasa Arab dan Inggris harus diarahkan atau mendapatkan prioritas. “Caranya dengan membangun komunikasi dan memberi contoh yang baik. Kalau saya optimis bisa menjalankan program yang kami susun,” kata Hikam.
Sementara itu Diana mengatakan bahwa kemampuan santri At-Tawazun itu ada batasnya, apalagi saat ini masih dalam masa reposisi pergantian pengurus.
“Kemampuan santri itu ada batasnya. Apalagi banyak santri yang belum sadar akan pentingnya bahasa Arab dan Inggris oleh karena itu saya akan mencoba untuk membangiktkan semangat para santri berbahasa Arab dan Inggris,” ujarnya.