Ahad pagi (30/11), Pondok Pesantren At-Tawazun kembali melaksanakan kegiatan rutin tausiyah Shubuh yang diikuti oleh seluruh santriwan dan santriwati. Kegiatan ini menghadirkan Pimpinan Pondok, Abina Dr. KH. Musyfiq Amrullah, Lc., M.Si., sebagai pemateri utama.
Dalam penyampaiannya, Abi mengangkat tema penting yang bersumber dari kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Al-Ghazali, yaitu tentang menjaga diri melalui fardhu, sunnah, dan adab sebagai fondasi kehidupan seorang Muslim.
Pada kesempatan tersebut, Abi menekankan satu pesan pokok yang menjadi inti tausiyah:
“Jagalah ketetapan Allah, maka Allah akan menjagamu.”
Pesan tersebut menjadi pengingat bagi para santri bahwa ketaatan bukan hanya kewajiban, tetapi juga jalan meraih penjagaan dan keberkahan dari Allah SWT.
Fardhu sebagai Modal Hidup
Abi menjelaskan bahwa seluruh perintah Allah terbagi menjadi dua bagian besar: fardhu dan sunnah. Fardhu ibarat modal utama dalam kehidupan seorang hamba, layaknya pondasi dalam sebuah bangunan.
Beliau menyampaikan bahwa seseorang tidak akan mencapai keselamatan hidup tanpa memenuhi kewajiban pokok seperti shalat lima waktu dan puasa wajib, karena kewajiban tersebut menjadi penjaga diri dan penuntun langkah kehidupan.
Sunnah sebagai Keuntungan Tambahan
Selain menjalankan fardhu, Abi menambahkan bahwa menghidupkan sunnah berarti menambah keberuntungan seorang hamba. Orang yang senantiasa menjaga amalan sunnah akan mendapatkan ketenangan hati, bimbingan dalam sikap, dan kekuatan dalam menghadapi ujian kehidupan. Sunnah menjadi pelapis sekaligus pelindung spiritual, membuat seseorang lebih peka terhadap maksiat dan lebih dekat dengan Allah SWT.
Adab: Nilai Tinggi di At-Tawazun
Dalam tausiyahnya, Abi juga menyinggung pengalaman mengenai budaya disiplin di Jepang. Menurut beliau, Jepang adalah contoh negara maju bukan karena kekayaannya, tetapi karena nilai adab yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Namun, beliau menegaskan bahwa adab dalam Islam memiliki kedudukan yang lebih tinggi karena tidak hanya mengatur hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan seorang hamba dengan Allah.
Ujian Halal: Tantangan Generasi Muslim
Abi juga menyampaikan kisah menarik tentang kondisi makanan halal di Jepang yang hanya berjumlah sekitar 40%. Tantangan ini, kata beliau, menunjukkan pentingnya kehati-hatian dalam memilih makanan, karena halal dan haram akan sangat mempengaruhi keberkahan hidup seorang Muslim.
Penutup: Menjadi Generasi Beradab dan Terjaga
Di penghujung tausiyah, Abi memberikan pesan penutup yang penuh motivasi bagi para santri:
“Dunia penting untuk dipelajari, tetapi iman, fardhu, sunnah, dan adab adalah yang menjaga hidup kita agar tetap dalam penjagaan Allah.”
Dengan pesan tersebut, Abi berharap para santri tumbuh menjadi generasi yang kuat, berilmu, beradab, serta mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan identitas keislaman. (FatihAF)
Jejak Ilmu dari Jepang: Abi Sampaikan Pelajaran Disiplin, Adab, dan Amanah untuk Generasi Santri
